“Tri hati hati jika kita menjudge pekerjaan orang”

Banyak makna yang muncul dari kalimat yang diketik Pak Gadang dalam pembicaraan kami saat itu. Ini mungkin akan selalu terletak pada cara mengemas penyampaiannya. Tema pembicaraan bukan dalam konteks membicarakan orang, tetapi membahas sejauh mana sesuatu itu berhasil dilakukan, parameter penilaiannya apa bagaimana itu dikemas sehingga mampu memberikan masukan yang memang useful

Sebagai manusia, memang lebih mudah menemukan “kutu” di kepala orang, dibanding “kutu” di kepala sendiri. Lalu kita dibuat menjadi fokus membahas masalah orang lain (kebanyakan membahas masalah, bukan solusi). padahal masalah itu adalah gap antara harapan dan kenyataan, sifatnya harus cepat diberi jalan keluar, diselesaikan, sesuatu yang dapat mengisi gap tersebut.

Saya sendiri masih sering merasa kesulitan jika harus mendefinisikan masalah apa yang sedang saya hadapi ini,tetapi bisa sangat cepat sekali mendefinisikan masalah yang dimiliki orang lain. Kemampuan dalam menemukan permasalahan saya rasa tidak dimiliki oleh setiap orang. tumpukan masalah itu sebaiknya dipetakan, dibuat skala prioritas lalu dihubungkan dengan apapun yang memiliki keterkaitan dengan si masalah. solusinya bisa datang dari dalam himpunan, irisan atau semesta.

Sebagian orang lebih suka menghindari masalah, padahal menurut saya masalahlah yang membuat setiap mahluk Allah SWT ini berpikir, masalah lah yang menolong seseorang yang tidak tahu menjadi tahu sesuatu, pada akhirnya berkat masalah manusia mau berkompetisi, menjadi lebih unggul antara satu dan lainnya. See? betapa masalah menjadi hal yang sangat berkontribusi bagi peradaban manusia. Universitas Telkom sebesar sekarang adalah hasil dari ribuan masalah yang mampu mereka hadapi dan selesaikan (TW/2016)

Bagaimana menurut anda?


Comments

Leave a Reply